Menu

Hiking dari Dago Pakar ke Curug Omas Maribaya Lembang

Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda (Tahura Djuanda) adalah kawasan konservasi yang memiliki peran penting dalam menjaga kelestarian alam di sekitar Bandung. Kawasan ini mengintegrasikan berbagai tipe ekosistem, mulai dari alam sekunder hingga hutan tanaman pinus (Pinus merkusii), yang berlokasi di Sub-Daerah Aliran Sungai (DAS) Cikapundung dan DAS Citarum. Tahura Djuanda membentang luas dari Curug Dago di Dago Pakar hingga Curug Maribaya, dan merupakan bagian dari hutan Gunung Pulosari yang meliputi beberapa desa dan kecamatan di Bandung dan sekitarnya.

Secara geografis, Taman Hutan Raya Djuanda terletak di koordinat 107°30’ BT dan 6°52’ LS, sekitar 7 km dari pusat Kota Bandung. Kawasan ini secara administrasi mencakup beberapa wilayah, termasuk Desa Ciburial, Kecamatan Cimenyan, Kabupaten Bandung, serta sebagian wilayah di Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, dan Kecamatan Coblong, Kota Bandung.

Dengan luasnya area yang melintasi berbagai kawasan, Tahura Djuanda menjadi destinasi penting untuk konservasi alam, rekreasi, dan edukasi lingkungan, serta menawarkan keindahan alam yang menarik bagi para pengunjung yang ingin menikmati trekking, menjelajahi gua, dan menyaksikan flora serta fauna yang ada.

Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda, atau yang dikenal juga sebagai Kebun Raya Rekreasi Ir. H. Djuanda, diresmikan pada tanggal 23 Agustus 1965 untuk mengenang jasa-jasa Ir. H. Raden Djoeanda Kartawidjaja, seorang tokoh penting dari Jawa Barat yang menjabat sebagai Perdana Menteri Indonesia ke-10 dan meninggal pada tahun 1963. Peresmian ini dilakukan oleh Gubernur Mashudi, sebagai bentuk penghormatan atas kontribusi besar beliau terhadap bangsa dan negara.

Sejak peresmiannya, Taman Hutan Raya ini dikelola oleh Djawatan Kehutanan Provinsi Jawa Barat, dengan tujuan untuk menjaga kelestarian alam, sekaligus menjadi kawasan rekreasi yang bermanfaat bagi masyarakat. Nama “Djuanda” dipilih untuk menghormati warisan beliau, yang juga dikenal atas peranannya dalam pembangunan dan konservasi di Indonesia. Kini, Tahura Djuanda tidak hanya menjadi tempat untuk menikmati keindahan alam, tetapi juga berfungsi sebagai kawasan edukasi dan pelestarian lingkungan.

Hiking di Taman Hutan Rakyat Ir. H. Djuanda, Bandung, menawarkan pengalaman yang menyenangkan bagi pecinta alam dan petualangan. Lokasi ini tidak hanya menyuguhkan pemandangan alam yang indah, tetapi juga berbagai destinasi menarik seperti gua, air terjun, dan fauna liar. Pintu gerbang yang populer untuk memulai trekking adalah gerbang Dago Pakar, yang menyediakan akses mudah dan area parkir luas.

Salah satu rute yang banyak diminati adalah menuju Curug Omas, air terjun setinggi 30 meter yang dapat dicapai dalam waktu 1-2 jam dengan jarak sekitar 5,5 km. Sepanjang perjalanan, Anda akan melewati jalur beton yang nyaman, papan nama yang menandakan pohon-pohon besar, serta petunjuk jalan yang jelas di berbagai titik.

Destinasi Hiking Lembang

Program Hiking 

Salah satu rute yang banyak diminati adalah menuju Curug Omas, air terjun setinggi 30 meter yang dapat dicapai dalam waktu 1-2 jam dengan jarak sekitar 5,5 km. Sepanjang perjalanan, Anda akan melewati jalur beton yang nyaman, papan nama yang menandakan pohon-pohon besar, serta petunjuk jalan yang jelas di berbagai titik.

sebelum menikmati Curug Omas, Anda bisa mengunjungi berbagai destinasi lainnya, seperti Gua Jepang dan Gua Belanda, jembatan gantung, serta penangkaran rusa. Keberadaan kawanan kera juga menjadi daya tarik tersendiri yang menambah kesan pengetahuan di hutan ini.

Rute trekking yang sudah tertata rapi memungkinkan Anda untuk menjelajah dengan rasa nyaman bagi pemula. Taman Hutan Rakyat Djuanda benar-benar memberikan paket lengkap untuk pengalaman hiking yang menyegarkan!

Rute Kunjungan pertama Hiking di Tahura

Gua Jepang

terletak sekitar 300 meter dari Gua Belanda di kawasan Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda. Gua ini dibangun oleh militer Jepang pada tahun 1942, dengan tujuan awal untuk dijadikan barak militer dan tempat perlindungan. Selama masa pendudukan Jepang, gua ini menjadi bagian dari strategi pertahanan mereka di Bandung.

Gua Jepang memiliki empat pintu masuk dan dua lubang penjagaan, serta terdapat 18 bunker yang masih terjaga dalam kondisi asli hingga saat ini. Setiap bunker memiliki fungsi yang berbeda-beda, seperti tempat pengintaian, tempat penembakan, ruang pertemuan, gudang, dan dapur. Bunker-bunker ini dibangun dengan jarak sekitar 30 meter satu sama lain, menciptakan jaringan pertahanan yang rapat di dalam perbukitan.

Konon, pembangunan Gua Jepang ini melibatkan kerja paksa dari masyarakat Indonesia, yang dikenal dengan sebutan Romusa, yang dipaksa untuk bekerja di bawah pengawasan militer Jepang dalam kondisi yang sangat berat.

Kini, Gua Jepang menjadi salah satu situs sejarah yang menarik untuk dikunjungi di Tahura Djuanda, menawarkan wawasan tentang sejarah kelam masa pendudukan Jepang dan menjadi bagian dari warisan sejarah yang penting untuk dipelajari.

Setelah di gua Jepang kita akan melanjutkan perjalanan ke gua Belanda

Gua Belanda adalah salah satu situs bersejarah yang terletak sekitar 500 meter dari pintu masuk utama Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda (Tahura Djuanda). Gua ini merupakan peninggalan zaman kolonial Belanda dan memiliki latar belakang yang menarik. Meskipun terlihat alami, Gua Belanda sebenarnya merupakan terowongan buatan manusia yang dibangun pada tahun 1901 oleh perusahaan yang bergerak di bidang pembangkit listrik tenaga air.

Pada tahun 1918, Belanda melakukan renovasi besar-besaran terhadap gua ini, menambah lorong-lorong dan koridor di dalamnya. Lokasinya yang strategis dan tersembunyi membuatnya menjadi pilihan bagi Belanda untuk dijadikan markas militer menjelang Perang Dunia II pada awal tahun 1941. Gua ini kemudian diubah menjadi benteng pertahanan dengan membangun jaringan gua yang terdiri dari 15 lorong dan 2 pintu masuk setinggi 3,2 meter. Luas keseluruhan gua beserta lorong-lorongnya mencapai 547 meter, dengan area pelataran seluas 0,6 hektar.

Di dekat mulut gua, Belanda juga membangun pos untuk mengawasi daerah sekitarnya. Dengan sejarah yang kaya ini, Gua Belanda menjadi salah satu tujuan wisata sejarah yang menarik bagi pengunjung yang datang ke Tahura Djuanda, menawarkan pengalaman mengunjungi situs yang menyimpan banyak cerita tentang masa lalu kolonial dan strategi militer pada masa Perang Dunia II.

Setelah di gua Belanda kita akan melanjutkan perjalanan ke Penangkaran Rusa

Penangkaran rusa Dago Pakar terletak di kaki bukit kawasan Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda (Tahura Djuanda), Bandung. Meskipun kandang rusa tersebut dipagari untuk menjaga keamanan, pengunjung tetap dapat memberi makan rusa-rusa tersebut. Tempat ini menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung yang datang ke Dago Pakar, terutama bagi keluarga atau anak-anak yang ingin berinteraksi lebih dekat dengan satwa liar tersebut. Penangkaran ini tidak hanya menawarkan kesempatan untuk memberi makan rusa, tetapi juga memberikan pengalaman edukatif tentang pelestarian satwa dan pentingnya menjaga keseimbangan alam

Rusa yang ada di penangkaran ini biasanya cukup jinak dan terbiasa dengan kehadiran pengunjung, sehingga pengunjung dapat menikmati pengalaman yang menyenangkan saat memberi makan atau sekadar mengamati rusa-rusa tersebut. Lokasi penangkaran rusa ini menambah keindahan dan daya tarik kawasan Dago Pakar, yang memang kaya akan pemandangan alam dan satwa liar. sebelum lokasi ini kita juga bisa mengunjungi, curug lalay dan batu batik

Setelah di Penangkaran akan melanjutkan perjalanan ke Curug/Air terjun omas Maribaya Lembang

Curug Omas adalah salah satu air terjun utama yang terletak di Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda (Tahura Djuanda), dengan ketinggian mencapai 30 meter dan kedalaman air sekitar 10 meter. Air terjun ini terletak di titik pertemuan dua aliran sungai, yaitu Sungai Cikawari dan Sungai Cigulun, yang kemudian bersatu membentuk aliran Sungai Cikapundung Hulu. Curug Omas menawarkan pemandangan yang memukau, dan di atas air terjun ini terdapat sebuah jembatan yang memungkinkan pengunjung untuk melintas serta menikmati panorama air terjun dari atas.

Selain Curug Omas, kawasan ini juga memiliki beberapa air terjun lain yang terkenal, seperti Curug Cigulung, Curug Cikawari, dan Curug Cikoleang, yang sering disebut sebagai Curug Maribaya. Masing-masing dari ketiga curug ini memiliki ketinggian sekitar 15 meter, 14 meter, dan 16 meter, menawarkan pemandangan alam yang indah dan segar. Di sekitar kawasan ini, terdapat juga Curug Lalay yang lokasinya tidak jauh dari Curug Omas, menambah koleksi air terjun yang bisa dijelajahi oleh pengunjung.

Kombinasi berbagai curug yang ada di kawasan ini membuatnya menjadi tujuan wisata alam yang sangat menarik, dengan keindahan alam yang memanjakan mata serta suasana yang menyegarkan, cocok untuk kegiatan trekking dan menikmati alam bebas.

Selengkapnya Hiking dengan Rute Panjang dari Dago Pakar Ke Tebing Keraton

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You cannot copy content of this page